Jalan sempit dan becek. Menuruni lembah. Mendaki bukit adalah rutinitas yang harus dijalani pendidik yang bertugas di sekolah terpencil. Khususnya yang bertrugas di SDN Malingmati III. Bertugas didaerah tersebut memiliki kesan tersendiri. Meskipun banyak dukanya. Apalagi jika musim hujan tiba. Siap jalan kaki. Demi anak didik, kami rela melaksanakan amanat itu agar anak-anak memperoleh pendidikan yang sama dengan teman sebayanya di luar sana, kami tetap semangat dan tak pernah patah arang. Kami tetap bangga.
Barangkali timbul pertanyaan di benak mereka yang tak pernah bertugas di sekolah terpencil, mungkinkah masih ada sekolah dengan medan seperti itu? Maka saya akan menjawab dengan tegas dan lantang; MASIH!
Kita tinggalkan dulu problema klasik itu! Kita tengok anak - anak usia sekolah yang tak mau melanjutkan sekolah karena terbentur alasan beaya, atau karena sekolahnya jauh. Kami telah berupaya semaksimal mungkin agar mereka mau melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Berharap suatu saat hati mereka terbuka dan mempunyai kesadaran untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mengerti arti penting sebuah pendidikan.
Akhirnya untuk mengisi waktu, yang mestinya jam-jam seperti digunakan untuk bergelut menuntut ilmu dibangku sekolah. Tidak dimanfaatkan dengan baik. Mereka harus bekerja. Membantu orang tua. Mencangkul, mengambil kayu bakar dan aktivitas lainnya yang memerlukan tenaga. Kasihan sekali, tulang-tulang kecil yang masih rapuh itu harus digunakan untuk melakukan aktivitas berat yang mestinya belum saatnya mereka lakukan.
Hilang masa kanak-kanak mereka. Hilang kebahagiaannya. Terenggut tradisi yang mestinya sudah harus enyah dari peradaban zaman sekarang.